Minggu, 14 Juni 2020

TANTANGAN GURU DI ERA REVOLUSI 4.0

Dalam rangka mewujudkan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa serta sejalan dengan visi dan misi pendidikan nasional, Kemendiknas mempunyai visi 2025 untuk menghasilkan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif. Untuk itulah diterapkan Kurikulum 2013 yang menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Dalam pembelajaran pun harus mengintegrasikan empat hal pokok, yakni penguatan Pendidikan Karakter (PPK), keterampilan literasi, kompetensi pembelajaran abad XXI yakni 4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation), dan HOTS (Higher Order Thinking Skill).

Pertama, penguatan Pendidikan Karakter. Pendidikan karakter merupakan hal penting yang harus diperkuat oleh bangsa Indonesia di tengah era globalisasi. Dengan kuatnya karakter generasi bangsa diharapkan tidak akan terombang ambing oleh derasnya pengaruhnya globalisasi. Dalam Kurikulum 2013 ada lima sikap yang diperkuat yakni religious, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas.

Kedua, keterampilan literasi. Di era digital sekarang minat siswa untuk membaca rendah, maka dari itu ada upaya untuk memperkuat minat siswa untuk membaca dengan dicanangkannya Gerakan Literasi Sekolah (GLS).

Ketiga, pembelajaran 4C. Komunikasi, dalam pembelajaran diharapkan terjadinya terjadinya interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan tiga arah siswa dengan siswa yang melibatkan guru. Dengan adanya interaksi diharapkan nanti mampu menciptakan suasana belajar yang menarik dan bermakna. Kolaborasi, pembelajaran diharapkan terjadinya kolaborasi satu sama lainnya untuk meraih tujuan bersama. Kritis, siswa hendaknya dilatih untuk mampu berpikir kritis dalam setiap kegiatan pembelajaran. Bukan sekedar mengajak siswa menghafal yang akan membuat daya kritis siswa tidak dapat berkembang dengan baik. Kreatif, diharapkan dengan mengikuti proses kegiatan pembelajaran diharapkan mampu menerapkan dan memanfaatkan ilmu yang diperoleh disekolah untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Keempat, pengembangan HOTS. Disini guru dituntut untuk mampu mengajak siswa mampu dan terbiasa untuk berpikir HOTS. Maka dari itu, guru dalam menerapkan kegiatan pembelajaran di kelas hendaknya mengajarkan pembelajaran HOTS dan melatih siswa dengan memberikan soal-soal yang mengarah kepada berpikir HOTS. Dengan demikian siswa nanti tidak sekedar mampu menghafal dan menyampaikan kembali informasi yang telah dibahas, namun mampu menghubungkan dan mentranformasi pengetahuan serta pengalaman yang sudah dimiliki ke dalam proses berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah. Dengan mengacu kepada Taksonomi Bloom yang direvisi, kemampuan berpikir tingkat analisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6).

Tantangan Guru di Era Revolusi 4.0

Untuk itulah peringatan Hari Guru Nasional dijadikan momentum bagi guru untuk berbenah diri meningkatkan profesionalisme mereka dalam menghadapi tantangan di Era Revolusi 4.0. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 menegaskan, guru merupakan seorang professional yang mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, pada pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah.

Lebih lanjut ada empat kompetensi yang harus dikuasai oleh guru. yakni pertama, kompetensi pedagogik. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian. Kedua, kompetensi kepribadian. Kompetensi ini berkaitan dengan penyesuaian diri dalam proses pembelajaran agar mampu berinteraksi dengan peserta didik. Guru mesti bersikap beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, arif dan bijaksana, demokratis, menjadi teladan bagi peserta didik, dan sebagainya. Ketiga, kompetensi sosial. Kemampuan ini berkaitan dengan komunikasi, bergaul, bekerja sama dan membantu orang lain. Keempat, kompetensi profesional. Kemampuan disini guru menguasai bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya yang diampunya, meliputi penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.

“Guru yang baik adalah guru yang mau menerima perubahan, melakukan pertumbuhan, dan perkembangan dalam dunia pendidikan” (M.Hosnan)

Selain itu, guru di era Revolusi 4.0 mesti segera berbenah agar mampu mengikuti perkembangan zaman. Guru dituntut pula untuk menguasai teknologi komunikasi dan informasi dalam kegiatan pembelajaran, sehingga dapat melaksanakan inovasi dalam pembelajaran. Dengan adanya perkembangaan teknologi informasi dan komunikasi membawa dampak positif bagi dunia pendidikan. Sistem pembelajaran yang dilakukan oleh guru di era digital ini menjadi penuh inovasi dengan berbasis TIK. Pembelajaran yang awalnya konvensional menjadi modern dengan berbasis teknologi, seperti pengajaran maya (e-learning) dengan penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran. Hal ini membuat sistem pembelajaran konvensional dengan interaksi muka antara guru dengan siswa menjadi pembelajaran berbasis internet yang tidak terbatas dalam ruang dan waktu, kapan saja, dimana saja, dan siapa saja bisa belajar.

Hal tersebut di atas, sesuai dengan gagasan Salisbury (dalam Amir Hamzah, 2019) yang menyatakan terdapat Five Technologies yang menjadi tantangan tersendiri dalam dunia pendidikan abad ke-21, yakni (1) sistem thinking (berpikir serba sistem), memunculkan mode di dunia pendidikan dengan menghadirkan konsep sistem yang umum. (2) sistem design (perancang sistem), teknologi rancang bangun sistem baru untuk mengantisipasi perubahan yang cepat guna meningkatkan harapan. (3) quality science (ilmu kualitas), teknologi yang memproduksi produk/jasa yang sesuai harapan tentang kualitas telah menjadi alat yang sangat berharga dalam inovasi lembaga pendidikan. (4) change management (manajemen perubahan), sistem pengaturan dalam menyesuaikan pembelajaran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam kebijakan dunia pendidikan. (5) instructional technology (teknologi pembelajaran) sebagai akibat dari konsep instruksional sebagai bagian pendidikan.

0 komentar:

Posting Komentar