Abad ke-21 adalah abad yang sangat berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Perkembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa disegala bidang.pada abad ini, terutama bidang Information and Communication Technology (ICT) yang serba sophisticated membuat dunia ini semakin sempit.Karena kecanggihan teknologi ICT ini beragam informasi dari berbagai sudut dunia mampu diakses dengan instant dan cepat oleh siapapun dan dari manapun. Komunikasi antar personal dapat dilakukan dengan mudah, murah kapan saja dan di mana saja.
Namun demikian, pada abad ke-21 ini permasalahan yang dihadapi manusia semakin complicated dan ruwet, misalnya krisis ekonomi global, pemanasan global, terorisme,rasisme, drug abuse, trafficking, masih rendahnya kesadaran multikultural, kesenjangan mutu pendidikan antar kawasan dan lain sebagainya. Setiap masalah tersebut membutuhkan pemecahan yang harus dilakukan masyarakat secara bersama sama (collaboration). Kompleksitas permasalahan pada abad ini juga terletak pada tidak berdayanya manusia mencari sumber dan penyebab permasalahannya secara tepat dan cepat. Di samping itu juga kapan timbulnya permasalahan sering tidak mampu diprediksi (unpredictable) dan tidak terduga sebelumnya. Pada akhirnya banyak permasalahan masyarakat tidak mampu diselesaikan secara efektif dan efisien.
Era ini juga ditandai semakin ketatnya persaingan diberbagai bidang antar negara, dan antar bangsa. Terutama yang bisa diamati setiap saat adalah persaingan pemasaran produk – produk industri .Pasar didesain sedemikian rupa menjadi sebuah sistem perdagangan yang terbuka (free trade). Perilaku persaingan modern ini benar-benar merupakan praktek perilaku “survival for the fittest” yang kejam. Siapa kuat dialah yang akan menjadi pemenang, sebaliknya siapa yang tidak berdaya dialah yang akan kalah dan termarginalkan.
Negara-negara maju (advanced countries) yang telah memiliki sumberdaya manusia yang unggul akan semakin jauh meninggalkan negara negara berkembang (developing countries) dan negara-negara terbelakang (under developing countries). Sebuah artikel yang ditulis oleh Parag Kahnna di New York Times Magazine (21/1/2008) dengan jelas mengatakan bahwa dunia pada abad ke-21 akan dikuasai oleh BIG THREE, yaitu Amerika Serikat, Uni Eropa, dan China. Sedangkan negara-negara lain yang sering disebut emerging market disebutnya sebagai second world yang bernasib sebagai tempat persaingan dan pertarungan BIG THREE tersebut.
Mulai dari kemajuan Information and Communication Technology dan beragam dampak positif negatifnya, semakin kompleksnya permasalahan manusia, dan kita berada pada era kompetitif yang semakin ketat pada abad ke-21 ini, dibutuhkanlah persiapan yang matang dan mantap baik konsep maupun aplikasinya untuk membentuk sumber daya manusia (human resources) yang unggul. Dan yang paling bertanggung jawab dalam menyiapkan sumber daya manusia yang unggul adalah lembaga-lembaga pendidikan di mana guru sebagai unsur yang berperan paling dominan dan menentukan .Hal inilah yang membuat guru memikul tanggung jawab yang tidak ringan dalam upaya peningkatan sumber daya manusia.
Guru merupakan profesi tertua di dunia seumur dengan keberadaan manusia. Apabila melihat kehidupan masyarakat yang semakin terdiferensial dan ketika semua orang mempunyai banyak pilihan sebagai ladang kehidupannya, maka citra profesi guru kian merosot didalam kehidupan sosial. Apalagi masyarakat makin lama makin terarah kepada kehidupan materialistis, sehingga suatu profesi dinilai sesuai nilai materinya. Oleh sebab itu tidak heran bila profesi guru termarjinalkan dan menjadi pilihan terakhir.
Fenomena tersingkirnya profesi guru dalam kehidupan masyarakat merupakan suatu gejala global. Bukan saja di negara-negara maju citra profesi guru semakin menurun namun juga terjadi di negara miskin dan berkembang. Namun demikian, tak ada golongan masyarakat yang tidak membutuhkan profesi guru. Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat tanpa profesi guru tidak mungkin tercipta suatu generasi unggul, kreatif dan cerdas. Ironi yang terjadi, begitu besarnya jasa guru dalam membangun masyarakat bangsa namun penghargaan yang diberikan rendah. Sehingga tidak mengherankan bila para pakar berpendapat bahwa profesi guru merupakan “Most thankless profession in the world ”.
Secara konseptual guru sebagai tenaga profesional harus memenuhi berbagai persyaratan kompetensi untuk menjalankan tugas dan kewenangannya secara profesional, sementara kondisi riil di lapangan masih sangat memprihatinkan, baik secara kuantitas, kualitas maupun profesionalitas guru. Persoalan ini masih ditambah adanya berbagai tantangan ke depan yang masih kompleks di era global ini.
Secara umum, sebagaimana diungkapkan oleh Tilaar (1995), pada masa Pembangunan Jangka Panjang (PJP) II, masyarakat tidak dapat lagi menerima guru yang tidak profesional. Hal ini sesuai dengan rekomendasi UNESCO, yang ditekankan pada tiga tuntutan yaitu:
Guru harus dianggap sebagai pekerja profesional yang memberi layanan kepada masyarakat.
Guru dipersyaratkan menguasai ilmu dan keterampilan spesialis
Ilmu dan keterampilan tersebut diperoleh dari pendidikan yang mendalam dan berkelanjutan.
Bertitik tolak dari rekomendasi tersebut serta profil guru pada saat ini, seharusnya guru pada abad 21 benar-benar merupakan guru yang profesional, agar mampu menghadapi tantangan abad 21. Untuk itu, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial, serta kompetensi pedagogik seorang guru perlu dikembangkan sehingga mampu mendidik siswa yang mempunyai kemampuan memprediksi dan menanggulangi.
Di sisi lain, tugas-tugas guru yang bersifat profesional harus ditunjang oleh sistem penghargaan yang sesuai, sehingga guru mampu memfokuskan diri pada peningkatan kualitas layanan yang diberikan. Hal ini sejalan dengan kriteria pekerjaan profesional yang menyebutkan bahwa guru berhak mendapat imbalan yang layak, bukan hanya dalam bentuk materi, tetapi juga dalam bentuk penghargaan, hormat, dan rasa segan masyarakat terhadap guru
B. TANTANGAN GURU ABAD 21
Guru pada abad 21 dan abad selanjutnya ditantang untuk melakukan akselerasi terhadap perkembangan informasi dan komunikasi. Pembelajaran di kelas dan pengelolaan kelas, pada abad ini harus disesuaikan dengan standar kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.Menurut Susanto (2010), terdapat 7 tantangan guru di abad 21, yaitu :
Teaching in multicultural society, mengajar di masyarakat yang memiliki beragam budaya dengan kompetensi multi bahasa.
- Teaching for the construction of meaning, mengajar untuk mengkonstruksi makna (konsep).
- Teaching for active learning, mengajar untuk pembelajaran aktif.
- Teaching and technology, mengajar dan teknologi.
- Teaching with new view about abilities, mengajar dengan pandangan baru mengenai kemampuan.
- Teaching and choice, mengajar dan pilihan.
- Teaching and accountability, mengajar dan akuntabilitas.
Lebih lanjut, Yahya (2010) menambahkan tantangan guru di Abad 21 yaitu:
Pendidikan yang berfokus pada character building
Pendidikan yang peduli perubahan iklim
Enterprenual mindset
Membangun learning community
Kekuatan bersaing bukan lagi kepandaian tetapi kreativitas dan kecerdasan bertindak (hard skills- soft skills).
Guru yang mampu menghadapi tantangan tersebut adalah guru yang profesional yang memiliki kualifikasi akademik dan memiliki kompetensi-kompetensi antara lain kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial yang kualifaid.
a. Kompetensi profesional
- Kompetensi profesioanal sekurang-kurangnya meliputi :
- Menguasai subtansi bidang studi dan metodologi keilmuannya
- Menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi
- Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran
- Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi
- Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas
b. Kompetensi pedagogik
- Kompetensi pedagogik sekurang-kurangnya meliputi:
- Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, kultural, emosional, dan intelektual
- Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan budaya
- Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik
- Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik
- Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaranYang mendidik
- Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran
- Merancang pembelajaran yang mendidik
- Melaksanakan pembelajaran yang mendidik
- Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran
c. Kompetensi kepribadian
- Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya meliputi:
- Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa
- Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi peserta didik dan masyarakat
- Memiliki sikap, perilaku, etika, tata cara berpakaian, dan bertutur bahasa yang baik
- Mengevaluasi kinerja sendiri
- Mengembangkan diri secara berkelanjutan
d. Kompetensi sosial
- Kompetensi sosial sekurang-kurangnya meliputi:
- Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orang tua peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan dan masyarakat
- Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan masyarakat
- Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat lokal, regional, nasional dan global
- Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri
- Memiliki sikap, perilaku, etika, tata cara berpakaian dan bertutur bahasa yang baik
Guru yang profesional selain memiliki empat kompetensi tersebut di atas, menurut Prof.Dr.Haris Supratno memiliki ciri-ciri profesional sebagai berikut.
- Memiliki wawasan global holistik
- Memiliki daya ramal ke depan
- Memiliki kecerdasan, kreatifitas dan Inovasi
- Memiliki kemampuan bermasyarakat
- Menguasai IPTEK
- Memiliki jiwa dan wawasan kewirausahaan
- Memiliki akhlakul karimah
- Memiliki keteladanan
- Bekerja secara efisien dan efektif
- Menguasai bahasa asing
C. KARAKTERISTIK GURU ABAD 21
Perubahan paradigma pendidikan tidak dapat dilepaskan dari peran guru karena berbagai informasi terkini senantiasa mengalir kepada siswa atas kerja keras yang dilakukannya. Bahwa di luar itu ada media lain yang membantu siswa bukan berarti peran guru harus ditiadakan.
Harus diakui dalam maraknya arus informasi pada masa kini, guru bukan lagi satu-satunya sumber informasi tetapi merupakan salah satu sumber informasi. Meskipun demikian, perannya di dalam proses pendidikan masih tetap diperlukan, khususnya yang berkenaan dengan sentuhan-sentuhan psikologis dan edukatif terhadap anak didik. Oleh karena itu, pada hakekatnya guru itu dibutuhkan oleh setiap orang dan semua orang sangat mengharapkan kehadiran citra guru yang ideal di dalam dirinya. Untuk itu, guru akan lebih tetap berperan sebagai pendidik sekaligus berperan sebagai manager atau fasilitator pendidikan, sehingga guru harus sanggup merencanakan, melaksanakan dan mengawasi sumber daya pendidikan agar supaya peserta didik dapat belajar secara produktif.
Abad 21 menuntut peran guru yang semakin tinggi dan optimal. Sebagai konsekuensinya, guru yang tidak bisa mengikuti perkembangan alam dan zaman akan semakin tertinggal sehingga tidak bisa lagi memainkan perannya secara optimal dalam mengemban tugas dan menjalankan profesinya.
Guru di abad 21 memiliki karakteristik yang spesifik dibanding dengan guru pada abad-abad sebelumnya. Adapun karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut :
- Memiliki semangat juang dan etos kerja yang tinggi disertai kualitas keimanan dan ketakwaan yang mantap.
- Mampu memanfaatkan iptek sesuai tuntutan lingkungan sosial dan budaya di sekitarnya.
- Berperilaku profesional tinggi dalam mengemban tugas dan menjalankan profesi.
- Memiliki wawasan ke depan yang luas dan tidak picik dalam memandang berbagai permasalahan.
- Memiliki keteladanan moral serta rasa estetika yang tinggi.
- Mengembangkan prinsip kerja bersaing dan bersanding.
Masih terkait dengan harapan-harapan yang digayutkan di pundak setiap guru, H. Muhammad Surya, Ketua Umum Pengurus Besar PGRI, mengemukakan ada sembilan karakteristik citra guru yang diidealkan. Masing- masing adalah guru yang :
- Memiliki semangat juang yang tinggi disertai kualitas keimanan dan ketaqwaan yang mantap.
- Mampu mewujudkan dirinya dalam keterkaitan dan padanan dengan tuntutan lingkungan dan perkembangan iptek.
- Mampu belajar dan bekerja sama dengan profesi lain
- Memiliki etos kerja yang kuat
- Memiliki kejelasan dan kepastian pengembangan jenjang karir
- Berjiwa profesionalitas tinggi
- Memiliki kesejahteraan lahir dan batin, material dan nonmaterial
- Memiliki wawasan masa depan
- Mampu melaksanakan fungsi dan peranannya secara terpadu
Untuk dapat berperilaku profesional dalam mengemban tugas dan menjalankan profesi maka terdapat lima faktor yang harus senantiasa diperhatikan, yaitu :
- Sikap keinginan untuk mewujudkan kinerja ideal
- Sikap memelihara citra profesi
- Sikap selalu ada keinginan untuk mengejar kesempatan-kesempatan profesionalisme.
- Sikap mental selalu ingin mengejar kualitas cita-cita profesi
- Sikap mental yang mempunyai kebanggaan profesi
Kelima faktor sikap mental ini memungkinkan profesionalisme guru menjadi berkembang.Karakter ideal serta perilaku profesional tersebut tidak mungkin dapat dicapai apabila di dalam menjalankan profesinya sang guru tidak didasarkan pada panggilan jiwa.
D. CIRI-CIRI GURU ABAD 21
Menghadapi tantangan abad 21, diperlukan guru yang benar-benar profesional. Tilaar (1998) memberikan ciri-ciri agar seorang guru terkelompok ke dalam guru yang profesional. Masing-masing adalah :
- Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang
- Memiliki keterampilan untuk membangkitkan minat peserta didik
- Memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat
- Sikap profesionalnya berkembang secara berkesinambungan
- Menguasai subjek (kandungan kurikulum)
- Mahir dan berketrampilan dalam pedagogi (pengajaran & pembelajaran)
- Memahami perkembangan murid-murid dan menyayangi mereka
- Memahami psikologi pembelajaran (cognitive psychology)
- Memiliki kemahiran konseling
E. KECAKAPAN UTAMA GURU ABAD 21
Sesuai dengan Undang-udang, guru dan dosen harus mempunyai berbagai kompetensi, diantaranya adalah kompetensi pedagogik, kompetensi akademik, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Disamping empat kompetensi tersebut, dalam membantu para siswa beradaptasi terhadap perubahan sosial dan teknologi di abad ke 21 ini guru juga harus mempunyai kecakapan utama yang yang meliputi:
a. Akuntabilitas dan Kemampuan Beradaptasi
Sebagai seseorang yang dapat ditiru, apapun yang dikerjakan dan diucapkan harus dapat dipercaya oleh orang lain. Dalam menjalankan tanggung jawab pribadi mempunyai fleksibilitas secara pribadi, pada tempat kerja, maupun dalam hubungan dengan masyarakat sekitarnya. Disamping itu guru harus mampu menetapkan dalam mencapai standar dan tujuan yang tinggi baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain, dan yang tidak kalah pentingnya guru juga harus mampu memaklumi kerancuan yang dilakukan oleh anak didiknya.
b. Kecakapan Berkomunikasi
Kecakapan yang kedua ini sangat penting bagi guru. Betapapun pintarnya seorang guru jika tidak mempunyai kecakapan ini maka tidak akan mampu mentransfer ilmu kepada anak didiknya. Kecakapan ini meliputi : memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi baik secara lisan, tulisan, maupun menggunakan multimedia.
c. Kreatifitas dan Keingintahuan Intelektual
Selama ini pembelajaran yang dilakukan guru berlangsung monoton. Salah satu penyebabnya adalah tidak adanya kreatifitas dan keingintahuan intelektual guru. Dia mengajar hanya bermodalkan teori keguruan yang ia peroleh sekian puluh tahun yang lalu. Kecakapan kreatifitas dan keingintahuan intelektual tersebut mencakup : mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain, bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.
d. Berpikir Kritis dan Berpikir dalam Sistem
Kecakapan berpikir kritis merupakan proses berpikir dan bertindak berdasarkan fakta yang telah ada, apapun yang akan dilakukan dimulai dari identifikasi terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul dari suatu perbuatan tersebut, berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal dalam memahami dan membuat pilihan yang rumit serta selalu memahami dan menjalin interkoneksi antara sistem.
e. Kecakapan Melek Informasi dan Media
Agar proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas menarik dan menantang, maka di era globalisasi dan tanpa batas seperti sekarang ini guru harus mampu menganalisa, mengakses, mengelola, mengintegrasi, mengevaluasi, dan menciptakan informasi dalam berbagai bentuk dan media.
f. Kecakapan Hubungan AntarPribadi dan Kerjasama
Sebagai makhluk sosial yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru juga dituntut harus mampu menunjukkan kerjasama berkelompok dan kepemimpinan, mampu beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, mampu bekerja secara produktif dengan yang lain, mampu menempatkan empati pada tempatnya, serta mampu menghormati perspektif yang berbeda dengan pendiriannya.
g. Identifikasi Masalah, Penjabaran, dan Solusi
Dalam menghadapi masalah sekecil apapun guru tidak boleh ceroboh dalam menanggapinya. Oleh sebab itu guru dituntut untuk mempunyai kemampuan dalam menyusun, mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan masalah dengan baik.
h. Pengarahan Pribadi
Sebagai guru tentu setiap harinya menghadapi siswa yang perilakunya bermacam-macam. Oleh karena itu guru dituntut memiliki kemampuan dalam memonitor pemahaman diri dan mempelajari kebutuhan yang diperlukan dalam pembelajaran, menemukan sumber-sumber belajar yang tepat, serta mentransfer pembelajaran dari satu bidang ke bidang lainnya.
i. Tanggung Jawab Sosial
Orang tua/masyarakat menyekolahkan anaknya di suatu sekolah mempunyai harapan agar anaknya berubah, baik dari segi prilaku maupun kecakapan kompetensinya. Oleh sebab itu sebagai seorang yang dituntut mempunyai kompetensi sosial, maka tanggung jawab dalam bertindak guru harus mengutamakan kepentingan masyarakat yang lebih besar, menunjukkan perilaku etis secara pribadi, pada tempat kerja, dan hubungan antarmasyarakat.
F. KETRAMPILAN GURU ABAD 21
Menurut International Society for Technology in Education karakteristik keterampilan guru abad 21 dimana era informasi menjadi ciri utamanya, membagi keterampilan guru abad 21 kedalam lima kategori, yaitu :
1. Mampu memfasilitasi dan menginspirasi belajar dan kreatifitas siswa, dengan indikator diantaranya adalah sebagai berikut :
- Mendorong, mendukung dan memodelkan penemuan dan pemikiran kreatif dan inovatif.
- Melibatkan siswa dalam menggali isu dunia nyata (real world) dan memecahkan permasalahan otentik menggunakan tool dan sumber-sumber digital.
- Mendorong refleksi siswa menggunakan tool kolaboratif untuk menunjukan dan mengklarifikasi pemahaman, pemikiran, perencanaan konseptual dan proses kreatif siswa.
- Memodelkan konstruksi pengetahuan kolaboratif dengan cara melibatkan diri belajar dengan siswa, kolega, dan orang-orang lain baik melalui aktifitas tatap muka maupun melalui lingkungan virtual.
2. Merancang dan mengembangkan pengalaman belajar dan asessmen era digital, dengan indikator sebagai berikut :
- Merancang atau mengadaptasi pengalaman belajar yang tepat yang mengintegrasikan tools dan sumebr digital untuk mendorong belajar dan kreatifitas siswa.
- Mengembangkan lingkungan belajar yang kaya akan teknologi yang memungkinkan semua siswa merasa ingin tahu dan menjadi partisipan aktif dalam menyusun tujuan belajarnya, mengelola belajarnya sendiri dan mengukur perkembangan belajarnya sendiri.
- Melakukan kostumisasi dan personalisasi aktifitas belajar yang dapat memenuhi strategi kerja gaya belajar dan kemampuan menggunakan tools dan sumber-sumber digital yang beragam.
- Menyediakan alat evaluasi formatif dan sumatif yang bervariasi sesuai dengan standar teknologi dan konten yang dapat memberikan informasi yang berguna bagi proses belajar siswa maupun pembelajaran secara umum.
3. Menjadi model cara belajar dan bekerja di era digital, dengan indikator sebagai berikut :
Menunjukkan kemahiran dalam sistem teknologi dan mentransfer pengetahuan ke teknologi dan situasi yang baru.
Berkolaborasi dengan siswa, sejawat, dan komunitas menggunakan tool-tool dan sumber digital untuk mendorong keberhasilan dan inovasi siswa.
Mengkomunikasikan ide/gagasan secara efektif kepada siswa, orang tua, dan sejawat menggunakan aneka ragam format media digital.
Mencontohkan dan memfasilitasi penggunaan secara efektif daripada tool-tool digital terkini untuk menganalisis, mengevaluasi dan memanfaatkan sumber informasi tersebut untuk mendukung penelitian dan belajar.
4. Mendorong dan menjadi model tanggung jawab dan masyarakat digital, dengan indikator diantaranya sebagai berikut :
- Mendorong, mencontohkan, dan mengajar secara sehat, legal dan etis dalam menggunakan teknologi informasi digital, termasuk menghagrai hak cipta, hak kekayaan intelektual dan dokumentasi sumber belajar.
- Memenuhi kebutuhan pembelajar yang beragam dengan menggunakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan memberikan akses yang memadai terhadap tool-tool digital dan sumber belajar digital lainnya.
- Mendorong dan mencontohkan etika digital tanggung jawab interkasi sosial terkait dengan penggunaan teknologi informasi.
- Mengembangkan dan mencontohkan pemahaman budaya dan kesadaran global melalui keterlibatan/partisipasi dengan kolega dan siswa dari budaya lain menggunakan tool komunikasi dan kolaborasi digital.
5. Berpartisipasi dalam pengembangan dan kepemimpinan profesional, dengan indikator sebagai berikut :
- Berpartisipasi dalam komunitas lokal dan global untuk menggali penerapan teknologi kreatif untuk meningkatkan pembelajaran.
- Menunjukkan kepemimpinan dengan mendemonstrasikan visi infusi teknologi, berpartisipasi dalam pengambilan keputusan bersama dan penggabungan komunitas, dan mengembangkan keterampilan kepemimpinan dan teknologi kepada orang lain.
- Mengevaluasi dan merefleksikan penelitian-penelitian dan praktek profesional terkini terkait dengan penggunaan efektif daripada tool-tool dan sumber digital untuk mendorong keberhasilan pembelajaran.
- Berkontribusi terhadap efektifitas, vitalitas, dan pembaharuan diri terkait dengan profesi guru baik di sekolah maupun dalam komunitas.
G. PERANAN GURU ABAD 21
Tuntutan dunia internasional terhadap tugas guru memasuki abad ke-21 tidaklah ringan. Guru diharapkan mampu dan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang bertumpu dan melaksanakan empat pilar belajar yang dianjurkan oleh Komisi Internasional UNESCO untuk Pendidikan, yaitu :
- learning to know
- learning to do
- learning to be
- learning to live together
Jika dicermati keempat pilar tersebut menuntut seorang guru untuk kreatif, bekerja secara tekun dan harus mampu dan mau meningkatkan kemampuannya. Berdasarkan tuntutan tersebut seorang guru akhirnya dituntut untuk berperan lebih aktif dan lebih kreatif.
Guru tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan sebagai produk, tetapi terutama sebagai proses. Dia harus memahami disiplin ilmu pengetahuan yang ia tekuni sebagai ways of knowing. Karena itu lebih dari sarjana pemakai ilmu pengetahuan tetapi harus menguasai epistimologi dari disiplin ilmu tersebut.
Guru harus mengenal peserta didik dalam karakteristiknya sebagai pribadi yang sedang dalam proses perkembangan, baik cara pemikirannya, perkembangan sosial dan emosional, maupun perkembangan moralnya.
Guru harus memahami pendidikan sebagai proses pembudayaan sehingga mampu memilih model belajar dan sistem evaluasi yang memungkinkan terjadinya proses sosialisasi berbagai kemampuan, nilai, sikap, dalam proses memperlajari berbagai disiplin ilmu.
Lebih jauh, dikemukakan pula tentang peranan guru yang berhubungan dengan aktivitas pengajaran dan administrasi pendidikan, diri pribadi (self oriented), dan dari sudut pandang psikologis.
Dalam hubungannya dengan aktivitas pembelajaran dan administrasi pendidikan, guru berperan sebagai :
Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan
Wakil masyarakat di sekolah, artinya guru berperan sebagai pembawa suara dan kepentingan masyarakat dalam pendidikan.
Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu menguasai bahan yang harus diajarkannya.
Penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga agar para peserta didik melaksanakan disiplin.
Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab agar pendidikan dapat berlangsung dengan baik.
Pemimpin generasi muda, artinya guru bertanggung jawab untuk mengarahkan perkembangan peserta didik sebagai generasi muda yang akan menjadi pewaris masa depan.
Penterjemah kepada masyarakat, yaitu guru berperan untuk menyampaikan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat.
Di pandang dari segi diri pribadinya (self oriented), seorang guru berperan sebagai :
Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar secara terus menerus untuk mengembangkan penguasaan keilmuannya.
Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi setiap peserta didik di sekolah.
Model keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang harus dicontoh oleh mpara peserta didik.
Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik. Peserta didik diharapkan akan merasa aman berada dalam didikan gurunya.
Dari sudut pandang secara psikologis, guru berperan sebagai :
- Pakar psikologi pendidikan, artinya guru merupakan seorang yang memahami psikologi pendidikan dan mampu mengamalkannya dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.
- Seniman dalam hubungan antarmanusia (artist in human relations), artinya guru adalah orang yang memiliki kemampuan menciptakan suasana hubungan antarmanusia, khususnya dengan para peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan.
- Pembentuk kelompok (group builder), yaitu mampu membentuk atau menciptakan kelompok dan aktivitasnya sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan.
- Catalyc agent atau inovator, yaitu guru merupakan orang yang yang mampu menciptakan suatu pembaharuan bagi membuat suatu hal yang baik.
- Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker), artinya guru bertanggung jawab bagi terciptanya kesehatan mental para peserta didik.
0 komentar:
Posting Komentar